Bengkel Paijo Memecahkan Rekor di Lomba National Young Inventor Award 2013 LIPI

National Young Inventor Awards (NYIA) yang diselengarakan oleh LIPI merupakan salah satu lomba paling bergengsi di Indonesia. Perlu nyali yang besar, kreativitas, dan kerja keras untuk mengikuti lomba tersebut. Sejak diadakan tahun 2008 sampai sekarang, Bengkel Paijo baru  dua kali mengikuti lomba tersebut yaitu NYIA ke-5 tahun lalu dan NYIA ke-6 tahun ini. Bekal penting yang diandalkan untuk mengikuti lomba ini adalah pengalaman dari Lomba Cipta Elektroteknik Nasional (LCEN) di ITS Surabaya. Dengan bekal pengalaman tersebut, tahun lalu salah satu Crew Bengkel Paijo berhasil meraih Medali Perak NYIA serta meraih Medali Emas dan piala The Best Innovation di ajang International Expo for Young Inventor (IEYI) di Malaysia. Selain itu juga berhasil mendapatkan Special Award dari lembaga ilmu pengetahuan Thailand.

Sedangkan pada NYIA ke-6 sekarang ini, Bengkel Paijo mengikutkan total 5 karya dan 2 diantaranya lolos ke babak final. Dua karya tersebut adalah Electronic Wet Floor Sign pada peringkat 11, dan Smart Water Gate-2 pada peringkat ke-28 dari total 408 peserta dari seluruh Indonesia (Daftar Finalis NYIA 2013). Uniknya, dua karya tersebut dibuat secara perorangan oleh satu orang Crew saja, dan merupakan kejadian pertama dalam NYIA dimana seorang peserta berhasil meloloskan dua karya sekaligus dalam babak final.

Masuk babak final barulah tahap awal. Perjuangan yang sebenarnya baru dimulai. Selamat berjuang anakku … semoga sukses … doaku menyertaimu …

Terimakasih dan salam eksperimen.

4 Komentar

  1. Soleh said,

    September 27, 2013 pada 10:57 pm

    Wah, generasi kita memang hebat2 ya.., jadi susah kalo mau bilang yang ter….
    Hibar dgn Stella dan Andya yg kebetulan satu sekolah sama2 masih SMP, jadi satu2nya SMP di NYIA 5, Hibar dapat emas di IEYI, Stella masuk lagi di NYIA 6, di ISPO juga berturut turut 2012 dan 2013.
    Stella juga sudah LPIR, LKIR dan dalam tim yg dari 1 sekolah dapat emas beregu untuk JSO Asean +3, sementara tim lain wakil Indonesia yg isinya campuran berbagai sekolah dapet perak. Mungkin pertama dan terakhir 1 tim isinya dari 1 sekolah mewakili Indonesia di JSO, Dan itu ketika masih SMP lho…
    Selamat berjuang tim Paijo, semoga makin banyak prestasinya dan tetap rendah hati.

    • Paijo said,

      September 28, 2013 pada 12:14 am

      Terimakasih komennya Mas Soleh. Anda benar, generasi sekarang hebat-hebat. Saya optimis bangsa kita bisa jadi bangsa yang besar kalau generasi muda kita dibina dan diberi kesempatan untuk maju.
      Saya tahu dari anak saya bahwa tim dari SMPN 1 Bogor memang hebat-hebat sehingga sempat memecahkan rekor juga. Lomba sekelas NYIA, INAICTA memang ajang berkumpulnya anak-anak hebat karena tingkat persaingan untuk masuk final sangat ketat. Mungkin SMPN 1 Bogor sudah sering ikut lomba sejenis sehingga cukup banyak “jam terbang” baik gurunya maupun siswanya. Sedangkan tim saya yang di pedalaman Sulawesi sulit untuk cari pengalaman lomba karena jauh sehingga biayanya jadi mahal. Untuk lomba NYIA, saya melakukan bimbingan jarak jauh melalui email, telpon, chating karena tim saya ini sudah lanjut sekolah di luar pulau. Pertemuan langsung sangat singkat hanya pada waktu pembuatan prototype alat saja. Tim saya yang lolos final NYIA ke-5 tahun lalu dan bersama-sama Hibar mendapat medali emas di IEYI sebelumnya sudah memiliki “jam terbang” yang lumayan di LCEN ketika SMP dan meraih medali perak OSN Komputer ketika SMA. Sedangkan Tim saya yang lolos NYIA ke-6 sekarang sudah memiliki pengalaman finalis LCEN, INAICTA, dan KWN Panasonic ketika masih SMP. Sedangkan tiga tim lain saya yang masih pemula tidak ada satupun yang lolos. Saya pernah mengikutkan tim saya untuk lomba LKIR, dan LPIR tapi sampai sekarang belum pernah ada yang lolos. Sepertinya jam terbang saya belum mencukupi untuk LKIR dan LPIR sehingga saya masih perlu “bertapa” lagi sebelum “turun gunung”.
      Khusus tentang NYIA, mungkin suatu ketika SMPN-1 Bogor bisa memecahkan rekor tim saya sekarang misalnya ada peserta yang sekaligus meloloskan 3 karya atau meraih 2 medali sekaligus dalam satu even. Kalau mengenai jumlah peserta dan finalis dari satu sekolah, sekarang ini rekornya masih dipegang SMAN 6 Yogya dengan 171 peserta dan 11 finalis dari satu sekolah. Apakah SMPN-1 Bogor atau sekolah lain ada yang bisa memecahkan rekor tersebut dalam 5 tahun ke depan? Kita tunggu saja perkembangannya, yang jelas kalau sekolah saya tidak berencana untuk memecahkan rekor tersebut karena tidak tersedia sumber daya yang cukup untuk itu. Bagaimana pendapat Mas Soleh?
      Terimakasih dan salam.

      • Soleh said,

        Oktober 10, 2013 pada 9:12 pm

        Salam kasih mas Paijo,

        Saya salut pada anda, dan mari kita tinggalkan dulu masalah pecah memecah rekor, krn saya tdk minat utk itu. Saya sdh senang adik2 kita berminat pd karya ilmiah, dan saya bangga Indonesia msh punya org spt anda yg mau berjuang utk membantu mereka mewujudkan mimpinya.
        Saya jg salut utk SMAN 6 jogja yg fenomenal, dari waktu ke waktu selalu muncul fenomena spt itu, di jaman awal KIR dikembangkan, ada SMA Regina Pacis Bgr yg malang melintang di jagad Lomba KIR, skrg hilang ditelan bumi. Yg perlu adalah kesinambungan, dan itu akan teruji waktu, kita tunggu saja.
        SMPN 1 Bgr? Saya bukan bagian dari itu mas, anak2nya saja yg sebagian saya bimbing bersama dgn anak2 dari sekolah lain, dan saya skrg sedang menggodok bakat baru, Seto, dia masih kls 6 SDN (yg gratis…) tp bs msk finalis Kalbe Junior dan skrg di NYIA 6.

        Belok sedikit, minggu lalu saya nemenin mas Arif Wibowo dari Lembaga Bina Bangsa Jombang, beliau ke Bgr mengawal anak2 didiknya Lomba di IPB. di Jatim sdh tdk terhitung anak2 didiknya yg jd finalis macam2. Rasa2nya org2 hebat seperti anda dan mas Arif yg mungkin bs menjawab, setelah anak2 menjadi finalis dan meraih medali, kemudian apa? Siapa yg msh punya hati dan peduli?

        Anak2 hebat ini tetap saja hanya jd simbol, bupati/ walikota senang, gubernur bangga, di ekspos media, msk talk show, kemudian waktu berlalu…dan hilang. Tanyakan pd mereka yg 10 atau 15 th lalu pernah merasakan manisnya lomba… Mungkin kita hrs menerima realitas banyak ilmuwan kita yg jd dosen di negara tetangga, atau peneliti di negara2 maju, krn mereka semualah yg mampu menghargai ilmu.

        Mungkin kita ktemu di NYIA ya? Smoga mas Arif yg 2 anaknya msk makalah terbimbing LKIR ada yg tembus, jd beliau jg hadir di LIPI, kita bs ngobrol2 disana. Sampai ktemu, dan saluuut.

      • Paijo said,

        Oktober 10, 2013 pada 10:39 pm

        Salam kasih juga Mas Soleh,
        Saya sepakat kita tinggalkan masalah rekor karena sebenarnya itu ga penting. Yang lebih penting adalah berusaha menjadikan diri kita dan anak-anak binaan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, karena itulah hakekat sebenarnya dari mengikuti kompetisi.
        Mengenai adanya sekolah yang tiba-tiba muncul gegap gempita di dunia eksperimen/lomba kemudian menghilang dari peredaran, itu terjadi karena karena faktor SDM dan sistem internal. Ketika ada orang baru (guru baru) yang sangat kompeten dan berdedikasi tinggi datang, prestasi langsung meroket. Namun ketika orang tersebut pergi, tidak ada orang lain yang siap meneruskan estafet jika sistem kaderisasi kurang bagus dan hanya mengandalkan kinerja dan inisiatif individu. Jika sistem kaderisasi bagus, maka ada team work dan think tank yang tidak hanya bergantung pada satu individu saja. Kejadian serupa juga terjadi sekolah saya, yang sejak saya pindah tugas akhir tahun lalu tidak lagi berjaya di lomba eksperimen dan inovasi padahal sempat berjaya sejak 2005 sampai 2012 dengan total belasan finalis dan beberapa piala juara tingkat nasional.
        Saya minta maaf karena saya salah telah mengira Mas Soleh dari SMPN 1 Bogor. Mengenai nasib anak-anak binaan yang sempat berjaya di lomba, memang saya juga merasa prihatin bahwa perhatian dan pembinaan dari pemerintah masih belum sesuai harapan. Namun demikian ada juga peningkatan perhatian dalam bentuk peluang mendapatkan beasiswa dan peluang lanjut studi melalui jalur prestasi. Ada juga pemerintah daerah tertentu seperti Jawa Tengah yang setiap tanggal 25 Nopember (Hari Guru) memberikan penghargaan (piagam dan tabungan) kepada siswa dan guru yang meraih kejuaraan tingkat nasional dan internasional. Karena minimnya perhatian dan pembinaan dari pemerintah tersebut, maka tidak heran jika dimanfaatkan oleh pihak luar untuk membajak anak-anak cerdas kita. Untuk mencegah anak-anak demotivasi, saya selalu menekankan pada mereka bahwa piala dan hadiah lomba hanyalah bonus semata. Sedangkan yang utama adalah mendapatkan pembelajaran dan pengalaman hidup yang tidak diperolah siswa lain di sekolah serta bermanfaat untuk membantu meraih sukses dalam hidup. Dalam hal ini banyak softskill yang diperoleh seperti teamwork, time management, problem solving, achievement motivation, seni presentasi, negosiasi, dsb. Disamping itu siswa lomba juga dibina secara khusus agar memiliki mental juara.
        Mengenai ketemuan dan ngobrol di acara NYIA dengan sesama pembimbing, asyik banget tu Mas. Tetapi saya minta maaf karena sepertinya saya tidak bisa hadir mendampingi anak saya di NYIA karena saya percayakan kepada guru di sekolahnya untuk melatih presentasi dan mendampingi. Saya hanya membimbing jarak jauh melalui email, chating, dan telpon saja. Namun saya akan memantau perkembangan, sekiranya saya perlu mendampingi maka saya akan ambil ijin cuti dari kantor jika dimungkinkan.
        Terimakasih dan salam eksperimen.


Tinggalkan komentar